BAB
I
PENDAHULUAN
I.
Latar
Belakang Masalah
Penjelasan
mengenai makna kehidupan dan bagaimana seharusnya kita menjalaninya merupakan
masalah yang klasik, yang hingga sekarang susah untuk ditetapkan filsafat mana
yang paling benar yang seharusnya kita anut. Para filsuf tersebut menggunakan
sudut pandang yang berbeda sehingga menghasilkan filsafat yang berbeda pula.
Dari beberapa banyak aliran filsafat, kami hanya membahas aliran filsafat positivisme,
materialisme, dan pragmatisme. Antara aliran atau paham yang satu dan yang lainnya ada
yang saling bertentangan dan ada pula yang memiliki konsep dasar sama. Akan
tetapi meskipun bertentangan, bukanlah untuk saling dipertentangkan. Justru
dengan banyaknya aliran atau paham yang sudah diperkenalkan oleh tokoh-tokoh filsafat,
kita dapat memilih cara yang pas dengan persoalan yang sedang kita hadapi.
Memahami sistem filsafat
sesungguhnya menelusuri dan mengkaji suatu pemikiran mendasar dan tertua
yang mengawali kebudayaan manusia. Suatu sistim, filsafat berkembang berdasarkan
ajaran seorang atau beberapa orang tokoh pemikir filsafat. Sistem filsafat
sebagai suatu masyarakat atau bangsa. Sistem filsafat amat ditentukan oleh
potensi dan kondisi masyarakat atau bangsa itu, tegasnya oleh kerjasama faktor
dalam dan faktor luar. Faktor-faktor ini diantaranya yang utama ialah sikap dan
pandangan hidup, citakarsa dan kondisi alam lingkungan. Apabila cita
karsanya tinggi dan kuat tetapi kondisi alamnya tidak menunjang, maka bangsa
itu tumbuhnya tidak subur (tidak jaya).Tujuan dari penulisan makalah ini
sendiri, selain memenuhi kewajiban membuat tugas, adalah untuk memenuhi rasa
ingin tahu dan keterkaitan penulis terhadap bab aliran filsafat positivisme,
materialisme, dan pragmatisme.
II.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1.
Apa pengertian positivisme,
materialisme, dan pragmatisme?
2.
Siapa saja yang berperan dan paling
berperan dalam aliran-aliran filsafat ?
3.
Apa saja pembagian jenis-jenis dari
masing-masing aliran filsafat tersebut ?
III.
Tujuan
Masalah
Tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah:
- Untuk mengetahui pengertian dari aliran-aliran tersebut
diatas
- Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang berperan dalam
aliran-aliran dalam filsafat tersebut diatas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ALIRAN POSITIVISME
- Pengertian Positivisme
Positivisme merupakan Aliran
pemikiran yang membatasi pikiran pada segala hal yang dapat dibuktikan dengan
pengamatan atau pada analisis definisi dan relasi antara istilah-istilah.
Positivisme atau bisa disebut Filsafat
Positif adalah istilah teknis yang dipakai oleh filsuf prancis, August Comte (
1798-1857 ) tentang pandangannya mengenai dunia. Comte percaya bahwa upaya
pencarian sebabpertama dan realitas tertinggi demikian juga semua hal-hal lainnya,
seluruhnya
adalah sia-sia. Pikiran manusia harus membatasi dirinya sendiri untuk
fakta-fakta aktual, yang disebut dengan fenomena. Fenomena adalah benda-benda (
hal-hal ), sebagaimana mereka nampak dalam pengalaman nyata ( actual ) kita.
Minat
comte adalah sosiologi yaitu yang dia nyatakan sebagai pendiri. Dan dian
berpikir bahwa metode ilmiah bisa diterapkan untuk mempelajari masyarakat
sehingga pada akhirnya meningkatkan sebesar-besarnya kesejahteraan manusia.
Positivisme sungguh-sungguh sama dengan pernyataan ini : “ sain merupakan tahap
terakhir dari sejarah pemikiran manusia. Pemikiran manusia berkenaan dengan apa
yang pasti, berguna, positif, khususnya dengan apa yang bermanfaat demi
menyempurnakan lembaga sosial kita.
Positivisme (disebut juga sebagai
empirisme logis, empirisme rasional, dan juga neo-positivisme) adalah sebuah
filsafat yang berasal dari Lingkaran
Wina pada
tahun 1920-an. Positivisme Logis berpendapat
bahwa filsafat harus mengikuti rigoritas yang sama dengan sains. Filsafat harus
dapat memberikan kriteria yang ketat untuk menetapkan apakah sebuah pernyataan
adalah benar, salah atau tidak memiliki arti sama sekali.
Positivisme adalah suatu aliran
filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang
benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisika. Tidak mengenal
adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris. Positivismemerupakan
empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim
karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain
bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan.
Secara umum, para penganut paham
positivisme memiliki minat kuat terhadap sains dan mempunyai sikap skeptis
terhadap ilmu agama dan hal-hal yang berbau metafisika. Mereka meyakini bahwa
semua ilmu pengetahuan haruslah berdasarkan inferensi logis yang berdasarkan
fakta yang jelas.
- Sejarah Munculnya Aliran Positivisme
Pada dasarnya
positivisme adalah sebuah filsafat yang menyakini bahwa satu-satunya
pengetahuan yang benar adalah yang didasarkan pada pengalaman aktualfisikal. Pengetahuan demikian hanya bisa
dihasilkan melalui penetapan teori-teori melalui metode saintifik yang ketat,
yang karenanya spekulasi metafisis dihindari. Positivisme, dalam pengertian di
atas dan sebagai pendekatan telah dikenal sejak Yunani Kuno. Terminologi
positivisme dicetuskan pada pertengahan abad ke-19 oleh salah satu pendiri ilmu
sosiologi yaitu Auguste Comte. Comte percaya bahwa dalam alam pikiran manusia
melewati tiga tahapan historis yaitu teologi, metadisik, dan ilmiah. Dalam
tahap teologi, fenomena alam dan sosial dapat dijelaskan berdasarkan kekuatan
spiritual. Pada tahap metafisik manusia akan mencari penyebab akhir (ultimate
causes) dari setiap fenomena yang terjadi. Dalam tahapan ilmiah usaha untuk
menjelasakn fenomena akan ditinggalkandan ilmuan hanya akan mencari korelasi
antarfenomena. Pengembangan penting dalam paham positivisme klasik dilakukan
oleh ahli ilmu alam Ernst Mach yang mengusulkan pendekatan teori secara fiksi.
Teori ilmiah bermanfaat sebagai alat untuk menghafal, tetapi perkembangan ilmu
hanya terjadi bila fiksi yang bermanfaat digantikan dengan pernyataan yang
mengandung hal yang dapat diobservasi. Meskipun Comte dan Mach mempunyai
pengaruh yang besar dalam penulisan ilmu ekonomi (Comte mempengaruhi pemikiran
J.S. Mill dan Pareto sedangkan pandangan Mach diteruskan oleh Samuelson dan
Machlup). Pengaruh yang paling utama adalah ide dalam pembentukan filosofi
ilmiah pada abad 20 yang disebt logika positivisme (logical positivism).
- Ajaran Pokok Positivisme logis
Pernyataan-pernyataan metafisik
tidak bermakna. Pernyataan itu tidak dapat diverifikasi secara empiris dan
bukan tautologi yang berguna. Tidak ada cara yang mungkin untuk mentukan
kebenarannya ( atau kesalahannya ) dengan mengacu pada pengalaman. Tidak ada
pengalaman yang mungkin yang pernah dapat mendukung pertanyaan-pertanyaan
metafisik seperti : “ Yang tiada itu sendiri tiada” ( The nothing it
self nothing- Das Nichts selbst nichest, Martin Heidegger ), “ yang
mutlak mengatasi Waktu”, “ allah adalah Sempurna “, ada murni tidak mempunyai
ciri “, pernyataan-pernyataan metafisik adalah semu. Metafisik berisi
ucapan-ucapan yang tak bermakna.
Auguste Comte ( 1798-1857 ) ia
memiliki peranan yang sangat penting dalam aliran ini. Istilah “positivisme” ia
populerkan. Ia menjelaskan perkembangan pemikiran manusia dalam kerangka tiga
tahap. Pertama,tahap teologis. Disini , peristiwa-peristiwa dalam alam
dijelaskan dengan istilah-istilah kehendak atau tingkah dewa-dewi.
Kedua, tahap metafisik. Disini, peristiwa-peristiwa tersebut
dijelaskan melalui hukum-hukum umum tentang alam. Dan ketiga, tahap
positif.Disini, peristiwa-peristiwa tersebut dijelaskan secara ilmiah.
Upaya-upaya kaum positivis untuk
mentransformasikan positivisme menjadi semacam “agama baru”,cendrung mendiskreditkan
pandangan-pandangannya. Tetapi tekanan pada fakta-fakta, indentifikasi atas
fakta-fakta dengan pengamatan-pengamatan indera,dan upya untuk menjelaskan
hukum-hukum umum dengan induksi berdasarkan fakta,diterima dan de ngan cara
berbeda-beda diperluas oleh J.S Mill ( 1806-1873 ).E.Mach (1838-1916 ),
K.Pierson ( 1857-1936 ) dan P.Brdgeman ( 1882-1961 ).
- Tokoh-Tokoh Yang Menganut Paham Positivisme
Adapun tokoh tokoh yang menganut paham
positivisme diantaranya:
- Auguste Comte ( 1798 – 1857 )
Bernama lengkap Isidore Marrie
Auguste Francois Xavier Comte, lahir di Montepellier, Perancis (1798).
Keluarganya beragama khatolik yanga berdarah bangsawan. Dia mendapat pendidikan
di Ecole Polytechnique di Paris dan lama hidup disana. Dikalangan
teman-temannya Auguste Comte adalah mahasiswa yang keras kepala dan suka
memberontak, yang meninggalkan Ecole sesudah seorang mahasiswa yang memberontak
dalam mendukung Napoleon dipecat. Auguste Comte memulai karier professionalnya
dengan memberi les dalam bidang Matematika. Walaupun demikian,
perhatian yang sebenarnya adalah pada masalah-masalah kemanusiaan dan sosial.
Tahun 1844, dua tahun setelah dia menyelesaikan enam jilid karya besarnya yang
berjudul “Clothilde Course of Positive Philosophy”. Comte bertemu dengan
Clothilde de Vaux, seorang ibu yang mengubah kehidupan Comte. Dia berumur
beberapa tahun lebih muda dari pada Comte. Wanita tersebut sedang
ditinggalkan suaminya ketika bertemu dengan Comte pertama kalinya, Comte
langsung mengetahui bahwa perempuan itu bukan sekedar perempuan. Sayangnya
Clothilde de Vaux tidal terlalu meluap-luap seperti Comte. Walaupun saling
berkirim surat cinta beberapa kali, Clothilde de Vaux menganggap hubungan itu
adalah persaudaraan saja. Akhirnya, dalam suratnya Chlothilde de Vaux menerima menjalin
keprihatinan akan kesehatan mental Comte. Hubungan intim suami isteri rupanya
tidak jadi terlaksana, tetapi perasaan mesra sering diteruskan lewat surat
menyurat. Namun, romantika ini tidak berlangsung lama, Chlothilde de Vaux
mengidap penyakit TBC dan hanya beberapa bulan sesudah bertemu dengan Comte,
dia meninggal. Kehidupan Comte lalu bergoncang, dia bersumpah membaktikan
hidupnya untuk mengenang “bidadarinya” itu. Auguste Comte juga memiliki
pemikiran Altruisme. Altruisme merupakan ajaran Comte sebagai kelanjutan dari
ajarannya tentang tiga zaman. Altruisme diartikan sebagai “menyerahkan diri
kepada keseluruhan masyarakat”. Bahkan, bukan “salah satu masyarakat”,
melainkan “humanite” suku bangsa manusia” pada umumnya. Jadi, Altruisme bukan
sekedar lawan “egoisme”(Juhaya S. Pradja, 2000 : 91). Keteraturan masyarakat
yang dicari dalam positivisme hanya dapat dicapai kalau semua orang dapat
menerima altruisme sebagai prinsip dalam tindakan mereka. Sehubungan dengan
altruisme ini, Comte menganggap bangsa manusia menjadi semacam pengganti Tuhan.
Kailahan baru dan positivisme ini disebut Le Grand Eire “Maha Makhluk” dalam
hal ini Comte mengusulkan untuk mengorganisasikan semacam kebaktian untuk If
Grand Eire itu lengkap dengan imam-imam, santo-santo, pesta-pesta liturgi, dan
lain-lain. Ini sebenarnya dapat dikatakan sebagai “Suatu agama Katholik tanpa
agma Masehi”. Dogma satu-satunya agama ini adalah cinta kasih sebagai prinsip,
tata tertib sebagai dasar, kemajuan sebagai tujuan. Perlu diketahui bahwa ketiga
tahap atau zaman tersebutdi atas menurut Comte tidak hanya berlaku bagi
perkembangan rohani seluruh umat manusia, tetapi juga berlaku bagi perkembangan
perorangan. Misalnya sebagai kanak-kanak seorang teolog adalah seorang
positivis.
- John Stuart Mill ( 1806 – 1873 )
Ia adalah seorang filosof Inggris
yang menggunakan sistem positivisme pada ilmu jiwa, logika, dan kesusilaan.
John Stuart Mill memberikan landasan psikologis terhadap filsafat positivisme.
Karena psikologi merupakan pengetahuan dasar bagi filsafat. Seperti halnya
dengan kaum positif, Mill mengakui bahwa satu-satunya yang menjadi sumber
pengetahuan ialah pengalaman. Karena itu induksi merupakan metode yang paling
dipercaya dalam ilmu pengetahuan.
- H. Taine ( 1828 – 1893 )
Ia mendasarkan diri pada positivisme
dan ilmu jiwa, sejarah, politik, dan kesastraan.
- Emile Durkheim (1852 – 1917 )
Ia menganggap positivisme sebagai
asas sosiologi.
B. ALIRAN MATERIALISME
- Pengertian Materialisme
Materialisme adalah asal atau
hakikat dari segala sesuatu, dimana asal atau hakikat dari segala sesuatu ialah
materi. Karena itu materialisme mempersoalkan metafisika, namun metafisikanya
adalah metafisika materialisme.
Materialisme adalah merupakan
istilah dalam filsafat ontology yang menekankan keunggulan faktor-faktor material
atas spiritual dalam metafisika, teori nilai, fisiologi, efistemologi, atau
penjelasan historis. Maksudnya, suatu keyakinan bahwa di dunia ini tidak ada
sesuatu selain materi yang sedang bergerak. Pada sisi ekstrem yang lain,
materialisme adalah sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa pikiran ( roh,
kesadaran, dan jiwa ) hanyalah materi yang sedang bergerak.
Materi dan alam semesta sama sekali
tidak memiliki karakteristik-karakteristik pikiran dan tidak ada
entitas-entitas nonmaterial. Realitas satu-satunya adalah materi. Setiap
perubahan bersebab materi atau natura dan dunia fisik.
- Tokoh-Tokoh Pemikir Materialisme
Beberapa tokoh pemikir materialisme,
antara lain :
- Karl Marx (1818-1883)
Marx lahir di Trier Jerman pada
tahun 1818.ayahnya merupakan seorang Yahudi dan pengacara yang cukup berada,
dan ia masuk Protestan ketika Marx berusia enam tahun. Setelah dewasa Marx
melanjutkan studinya ke universitas di Bonn, kemudian Berlin. Ia memperoleh
gelar doktor dengan desertasinya tentang filsafat Epicurus dan Demoktirus.
Kemudian, ia pun menjadi pengikut Hegelian sayap kiri dan pengikut Feurbach.
Dalam usia dua puluh empat tahun, Marx menjadi redaktur Koran Rheinich Zeitung
yang dibrendel pemerintahannya karena dianggap revolusioner.
Setelah ia menikah dengan Jenny Von
Westphalen (1843) ia pergi ke Paris dan disinilah ia bertemu dengan F.Engels
dan bersahabat dengannya. Tahun 1847, Marx dan Engels bergabung dengan Liga
Komunis, dan atas permintaan liga komunis inilah, mereka mencetuskan Manifesto
Komunis (1848).
Dasar filsafat Marx adalah bahwa
setiap zaman, system produksi merupakan hal yang fundamental. Yang menjadi
persoalan bukan cita-xita politik atau teologi yang berlebihan, melainkan suatu
system produksi. Sejarah merupakan suatu perjuangan kelas, perjuangan kelas
yang tertindas melawan kelas yang berkuasa. Pada waktu itu Eropa disebut kelas
borjuis. Pada puncaknya dari sejarah ialah suatu masyarakat yang tidak
berkelas, yang menurut Marx adalah masyarakat komunis.
- Thomas Hobbes (1588-1679 M)
Menurut Thomas Hobbes materialisme
menyangkal adanya jiwa atau roh karena keduanya hanyalah pancaran dari materi.
Dapat dikatakan juga bahwa materialisme menyangkal adanya ruang mutlak lepas
dari barang-barang material.
- Hornby (1974)
Menurut Hornby materialisme adalah
theory, belief, that only material thing exist (teori atau kepercayaan bahwa
yang ada hanyalah benda-benda material saja).
Sebagian ahli lain mengatakan bahwa
materialisme adalah kepercayaan bahwa yang ada hanyalah materi dalam gerak.
Juga dikatakan kepercayaan bahwa pikiran memang ada, tetapi adanya pikiran
disebabkan perubahan-perubahan materi. Materialisme juga berarti bahwa materi
dan alam semesta tidak memiliki karakteristik pikiran, seperti tujuan,
kesadaran, niat, tujuan, makna, arah, kecerdasan, kemauan atau upaya. Jadi,
materialisme tidak mengakui adanya entitas nonmaterial, seperti roh, hantu,
malaikat. Materialisme juga tidak mempercayai adanya Tuhan atau alam
supranatural. Oleh sebab itu, penganut aturan ini menganggap bahwa satu-satunya
realitas yang ada hanyalah materi. Segala perubahan yang tercipta pada dasarnya
berkausa material. Pada ekselasi material menjadi suatu keniscayaan pada being
of phenomena. Pada akhirnya dinyatakan bahwa materi dan segala perubahannya
bersifat abadi.
- Van Der Welj (2000)
Van Der Welj mengatakan bahwa
materialisme dengan menyatakan bahwa materialisme ini terdiri atas suatu
aglomerasi atom-atom yang dikuasai aleh hukum-hukum fisika-kimiawi. Bahkan,
terbentuknya manusia sangat dimungkinkan berasal dari himpunan atom-atom
tertinggi. Apa yang dikatakan kesadaran, jiwa, atau roh sebenarnya hanya
setumpuk fungsi kegiatan dari otakyang bersifat sangat organik-materialistis.
- Macam-Macam Materialisme
- Materialisme rasionalistik. Materialisme rasionalistik
menyatakan bahwa seluruh realitas dapat dimengeti seluruhnya berdasarkan
ukuran dan bilangan (jumlah);
- Materialisme mitis atau biologis. Materialisme mitis atau
biologis ini menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa material terdapat
misteri yang mengungguli manusia. Misteri itu tidak berkaitan dengan
prinsip immaterial.
- Materialisme parsial Materialisme parsial ini
menyatakan bahwa pada sesuatu yang material tidak tedapat karakteristik
khusus unsur immaterial atau formal;
- Materialisme antropologis. Materialisme antropologis ini
menyatakan bahwa jiwa itu tidak ada karena yang dinamakan jiwa pada
dasarnya hanyalah materi atau perubahan-perubahan fisik-kimiawi materi;
- Materialisme dialektik. Materialisme dialektik ini
menyatakan bahwa realitas seluruhnya terdiri dari materi. Berarti bahwa
tiap-tiap benda atau atau kejadian dapat dijabarkan kepada materi atau
salah satu proses material. Salah satu prinsif di materialisme dialektik
adalah bahwa perubahan dalam kuantitas. Oleh karena itu, perubahan dalam
materi dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan, atau dengan kata lain
kehidupan berasal dari materi yang mati. Semua makhluk hidup termasuk
manusia berasal dari materi yang mati, dengan proses perkembangan yang
terus-menerus ia menjadi materi yang memiliki kehidupan. Oleh karena itu
kalau manusia mati, ia akan kembali kepada materi, tidak ada yang disebut
dengan ke hidupan rohaniah. Ciri-ciri materialisme dialektik mempunyai
asas-asas, yaitu :
·
Asas gerak;
·
Asas saling berhubungan;
·
Asas perubahan dari kuantitaif
menjadi kualitatif;
·
Asas kontradiksi intern.
- Materialisme historis. Materialisme histories ini
menyatakan bahwa hakikat sejarah terjadi karena proses-proses ekonomis.
Materialisme dialektik dan materialisme histories secar bersamaan
menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa yang menyangkut sejarah rohani dan
perkembangan manusia hanya merupakan dampak dan refleksi-refleksi
aktivitas ekonomis manusia. Materialisme historis ini berdasarkan
dialektik, maka semua asas materialisme dialektik berlaku sepenuhnya dalam
materialisme histories.
- Materialisme sebagai teori menyangkal realitas yang
bersifat ruhaniah, sedangkan materialisme metode mencoba membuat
abstraksi hal-hal yang bersifat imaterial.
C. ALIRAN PRAGMATISME
- Pengertian Pragmatisme
Menurut Kamus Ilmiah Populer,
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang menekankan pengamatan penyelidikan
dengan eksperimen (tindak percobaan), serta kebenaran yang mempunyai akibat –
akibat yang memuaskan. Sedangkan, definisi Pragmatisme lainnya adalah hal
mempergunakan segala sesuatu secara berguna.
Sedangkan menurut istilah adalah
berasal dari bahasa Yunani “ Pragma” yang berarti perbuatan ( action) atau
tindakan (practice). Isme sendiri berarti ajaran atau paham. Dengan demikian
Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikran itu menuruti tindakan.
Aliran ini bersedia menerima segala
sesuatu, asal saja hanya membawa akibat praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi,
kebenaran mistis semua bisa diterima sebagai kebenaran dan dasar tindakan
asalkan membawa akibat yang praktis yang bermanfaat. Dengan demikian, patokan
pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup praktis”. Pragmatisme memandang
bahwa kriteria kebenaran ajaran adalah “faedah” atau “manfaat”. Suatu teori
atau hipotesis dianggap oleh Pragmatisme benar apabila membawa suatu hasil.
Dengan kata lain, suatu teori itu benar kalau berfungsi (if it works).
Kata pragmatisme sering sekali
diucapkan orang. Orang-orang menyebut kata ini biasanya dalam pengertian
praktis. Jika orang berkata, Rencana ini kurang pragmatis, maka maksudnya ialah
rancangan itu kurang praktis. Pengertian seperti itu tidak begitu jauh dari
pengertian pragmatisme yang sebenarnya, tetapi belum menggambarkan keseluruhan
pengertian pragmatisme.
Pragmatisme adalah aliran dalam
filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah, apakah
sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.
Oleh sebab itu kebenaran sifatnya
menjadi relatif tidak mutlak. Mungkin sesuatu konsep atau peraturan sama sekali
tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti berguna
bagi masyarakat yang lain. Maka konsep itu dinyatakan benar oleh masyarakat
yang kedua.
- Tokoh-tokoh Filsafat Pragmatisme
- Charles Sanders Peirce
Charles mempunyai gagasan bahwa
suatu hipotesis (dugaan sementara/ pegangan dasar) itu benar bila bisa diterapkan
dan dilaksanakan menurut tujuan kita. Horton dan Edwards di dalam sebuah buku
yang berjudul Background of American literary thought(1974) menjelaskan bahwa
peirce memformulasikan (merumuskan) tiga prinsip-prinsip lain yang menjadi
dasar bagi pragmatisme sebagai berikut :
- Bahwa
kebenaran ilmu pengetahuan sebenarnya tidak lebih daripada kemurnian opini
manusia.
- Bahwa
apa yang kita namakan “universal “ adalah yang pada akhirnya setuju dan mnerima
keyakinan dari “community of knowers “
- Bahwa
filsafat dan matematika harus di buat lebih praktis dengan membuktikan bahwa
problem-problem dan kesimpulan-kesimpulan yang terdapat dalam filsafat dan
matematika merupakan hal yang nyata bagi masyarakat (komunitas).
- William James
William selain menamakan filsafatnya
dengan “pragmatisme”, ia juga menamainya “empirisme radikal”.
Menurut James,
pragatisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa yag benar ialah apa yang
membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan perantaraan yang akibat-akibatnya
yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu
asal saja membawa akibat praktis, misalnya pengalaman-pengalaman pribadi,
kebenaran mistik, semuanya bisa diterima sebagai kebenaran, dan dasar tindakan
asalkan membawa akibat yang praktis yang bermanfaat.
Sedangkan
empirisme radikal adalah suatu aliran yang harus tidak menerima suatu unsur
alam bentuk apa pun yang tidak dialami secara langsung.
Dalam bukunya The Meaning of The Truth, James mengemukakan tidak ada kebenaran mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang mengenal, melainkan yang ada hanya kebenaran-kebenaran ‘plural’. Yang dimaksud kebenaran-kebenaran plural adalah apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali dapat diubah oleh pengalaman berikutnya.
Dalam bukunya The Meaning of The Truth, James mengemukakan tidak ada kebenaran mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang mengenal, melainkan yang ada hanya kebenaran-kebenaran ‘plural’. Yang dimaksud kebenaran-kebenaran plural adalah apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali dapat diubah oleh pengalaman berikutnya.
Menurut James, ada dua hal kebenaran
yang pokok dalam filsafat yaitu Tough Minded dan Tender Minded. Tough Minded
dalam mencari kebenaran hanya lewat pendekatan empirirs dan tergantung pada
fakta-fakta yang dapat ditangkap indera.Sementara, Tender Minded hanya mengakui
kebenaran yang sifatnya berada dalam ide dan yang bersifat rasional.
Menurut James, terdapat hubungan
yang erat antara konsep pragmatisme mengenai kebenaran dan sumber kebaikan.
Selama ide itu bekerja dan menghasilkan hasil-hasil yang memuaskan maka ide itu
bersifat benar. Suatu ide dianggap benar apabila dapat memberikan keuntungan
kepada manusia dan yang dapat dipercayai tersebut membawa kearah kebaikan.
Disamping itu pula, William James
mengajukan prinsip-prinsip dasar terhadap pragmatisme, sebagai berikut:
- Bahwa
dunia tidak hanya terlihat menjadi spontan, berhenti dan tak dapat di prediksi
tetapi dunia benar adanya.
- Bahwa
kebenaran tidaklah melekat dalam ide-ide tetapi sesuatu yang terjadi pada
ide-ide daam proses yang dipakai dalam situasi kehidupan nyata.
-
Bahwa manusia bebas untuk meyakini apa
yang menjadi keinginannya untuk percaya pada dunia, sepanjang keyakinannya
tidak berlawanan dengan pengalaman praktisny maupun penguasaan ilmu
pengetahuannya.
-
Bahwa nilai akhir kebenaran tidak
merupakan satu titik ketentuan yang absolut, tetapi semata-mata terletak dalam
kekuasaannya mengarahkan kita kepada kebenaran-kebenaran yang lain tentang
dunia tempat kita tinggal didalamnya (Horton dan Edwards, 1974:172).
- John Dewey
Dewey adalah seorang pragmatis,
namun ia lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah Instrumentalis.
Menurutnya, tujuan filsafat adalah untuk mengatur kehidupan dan aktivitas
manusia secara lebih baik, untuk didunia dan sekarang. Tegasnya, tugas fiilsafat
yang utama ialah memberikan garis-garis pengarahan bagi perbuatan dalam
kenyataan hidup. Oleh karena itu, filsafat tidak boleh tenggelam dalam
pemikiran-pemikiran metafisis yang tiada faedahnya. Filsafat harus berpijak
pada pengalaman (experience) , dan menyelidiki serta mengolah pengalaman itu
secara aktif kritis. Dengan demikian, filsafat akan dapat menyusun suatu system
norma-norma dan nilai.
Instrumentalisme adalah suatu usaha
untuk menyusun suatu teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan
penyimpulan
penyimpulan dalam bentuknya yang
bermacam-macam itu dengan cara utama menyelidiki bagaimana pikiran-pikiran
berfungsi dalam penemuan-penemuan yang berdasarkan pengalaman-penglaman yang
berdasarkan pengalaman yang mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan.
Sehubungan hal diatas, menurut
Dewey, penyelidikan adalah transformasi yang terawasi atau terpimpin dari suatu
keadaan yang tak menentu menjadi suatu keadaan yang tertentu. Oleh karena itu,
penyelidakan dengan penilainnya adalah alat( instrumental) . jadi yang di
maksud dengan instrumentalisme adalah suatu usaha untuk menyusun suatu teori
yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan,
penyimpulan-penyimpulandalam bentuknya yag bermacam-macam. Menurut Dewey, kita
hidup dalam dunia yang belum selesai penciptaanya. Sikap Dewey dapat dipahami
dengan sebaik-baiknya dengan meniliti tiga aspek dari yang kita namakan
instrumentalisme.
ü Pertama,
kata temporalisme yang berarti ada gerak dan kemajuan nyata dalam waktu.
ü Kedua,
kata futurisme, mendorong kita untuk melihat hari esok dan tidak pada hari
kemarin.
ü Ketiga,
milionarisme, berarti bahwa dunia dapat dibuat lebih baik dengan tenaga kita.
Pandangan ini juga dianut oleh wiliam James.
- Analisis Kritis atas Kekuatan dan Kelemahan Pragmatisme
v Kekuatan
Pragmatisme
a. Kemunculan pragmatis sebagai aliran filsafat dalam kehidupan
kontemporer, khususnya di Amerika Serikat, telah membawa kemajuan-kemnjuan yang
pesat bagi ilmu pengetahuan maupun teknologi.Pragmatisme telah berhasil
membumikan filsafat dari corak sifat yang Tender Minded yang cenderung berfikir
metafisis, idealis, abstrak, intelektualis, dan cenderung berfikir hal-hal yang
memikirkan atas kenyataan, materialis, dan atas kebutuhan-kebutuhan dunia,
bukan nnati di akhirat. Dengan demikan, filsafat pragmatisme mengarahkan
aktivitas manusia untuk hanya sekedar mempercayai (belief) pada hal yang
sifatnya riil, indriawi, dan yang memanfaatnya bisa di nikmati secara
praktis-pragmatis dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pragmatisme telah berhasil mendorong berfikir yag
liberal, bebas dan selalu menyangsikan segala yang ada. Barangkali dari sikap
skeptis tersebut, pragmatisme telah mampu mendorong dan memberi semangat pada
seseorang untuk berlomba-lomba membuktikan suatu konsep lewat
penelitian-penelitian, pembuktian-pembuktian dan eksperimen-eksperimen sehingga
munculllah temuan-temuan baru dalam dunia ilmu pengetahuan yang mampu mendorong
secara dahsyat terhadap kemajuan di badang sosial dan ekonomi.
c. Sesuai dengan coraknya yang sekuler, pragmatisme tidak
mudah percaya pada “kepercayaan yang mapan”. Suatu kepercyaan yang diterim
apabila terbukti kebenarannya lewat pembuktian yang praktis sehingga
pragmatisme tidak mengakui adanya sesuatu yang sakral dan mitos, Dengan coraknya
yang terbuka, kebanyakan kelompok pragmatisme merupakan pendukung terciptanya
demokratisasi, kebebasan manusia dan gerakan-gerakan progresif dalam masyarakat
modern.
v Kelemahan
Pragmatisme
a. Karena pragmatisme tidak mau
mengakui sesuatu yang bersifat metafisika dan kebenaran absolute (kebenaran
tunggal), hanya mengakui kebenaran apabila terbukti secara alamiah, dan percaya
bahwa duna ini mampu diciptakan oleh manusia sendiri, secara tidak langsung
pragmatisme sudah mengingkari sesuatu yang transcendental (bahwa Tuhan jauh di
luar alam semesta). Kemudian pada perkembangan lanjut, pragmatisme sangat
mendewakan kemepuan akal dalam mencapai kebutuhan kehidupan, maka sikap-sikap
semacam ini menjurus kepada ateisme.
b. Karena yang menjadi kebutuhan utama dalam filsafat
pragmatisme adalah sesuatu yang nyata, praktis, dan langsung dapat di nikmati
hasilnya oleh manusia, maka pragmatisme menciptkan pola pikir masyarakat yang
matrealis. Manusia berusaha secara keras untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
yang bersifat ruhaniah. Maka dalam otak masyarakat pragmatisme telah di
hinggapi oleh penyakit matrealisme.
c. Untuk mencapai matrealismenya,
manusia mengejarnya dengan berbagai cara, tanpa memperdulikan lagi dirinya
merupakan anggota dari masyarakat sosialnya. Ia bekerja tanpa mengenal batas
waktu sekedar memenuhi kebutuhan materinya, maka dalam struktur masyarakatnya
manusipa hidup semakin egois individualis. Dari sini, masyarakat pragmatisme
menderita penyakit humanisme.
BAB III
KESIMPULAN
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang
menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan
menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisika. Positivisme merupakan
empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim
karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain
bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan.Tokoh-tokoh yang
menganut paham positivisme : Auguste Comte ( 1798 – 1857 ), John Stuart Mill (
1806 – 1873 ), H. Taine ( 1828 – 1893 ), Emile Durkheim (1852 – 1917 ).
Materialisme adalah keyakinan bahwa
didunia ini tidak ada sesuatu selain materi yang sedang bergerak. Pernyataanya,
bahwa roh keasadran dan jiwa hanyalah materi yang sedang bergerak.
Materialisme : pikiran atau roh
hanyalah materi yang sedang bergerak.
Beberapa tokoh pemikir materialisme,
antara lain : Karl Marx (1818-1883), Thomas Hobbes (1588-1679 M, Hornby (1974) dan Van Der Welj (2000).
Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa
Yunani) yang berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah suatu aliran yang
mengajarkan bahwa yang benar apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan
perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis.Filosuf yang
terkenal sebagai tokoh filsafat pragmatisme adalah William James dan John
Dewey.Seperti dengan aliran-aliran filsafat pada umumnya, pragmatisme juga
memiliki kekuatan dan kelemahan sehingga menimbulkan kritik-kritik terhadap
aliran filsafat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Irwan. Pengantar
Singkat Ilmu Filsafat (George Thomas White Patrick, Ph. D). 2008.
Inteletika Pratama. Bandung.
Ø http://dhanalana11.blogspot.co.id/2013/06/positivisme.html
[16/10/2016]
No comments:
Post a Comment