MAKALAH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Keberhasilan
pembangunan, khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan
melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat dapat
teratasi . Permasalahan-permasalahan tersebut diantaranya adalah kemiskinan,
pengangguran, buta huruf, ketahanan pangan dan penegakan demokrasi. Namun
persoalannya adalah capaian pembangunan manusia secara parsial sangat
bervariasi dimana beberapa aspek pembangunan tertentu berhasil dan beberapa aspek
pembangunan lainnya gagal. Selanjutnya bagaimanakah keberhasilan pembangunan
manusia secara keseluruhan?
Dewasa ini
persoalan mengenai capaian pembangunan manusia telah menjadi perhatian para
penyelenggara pemerintahan. Berbagai macam ukuran pembangunan manusia dibuat
namun tidak semuanya dapat digunakan sebagai ukuran standar yang dapat
dibandingkan antar wilayah atau negara. Dengan demikian, Badan Perserikatan
Bangsa-bangsa( PBB) menetapkan suatu ukuran standar pembangunan manusia yaitu
Indeks Pembangunan Manusia ( IPM) atau Human Development Index (HDI).
Dari tahun
ke tahun perhatian pemerintah khususnya para elit kekuasaan, politisi termasuk
para pengamat, akademis dan peneliti tertuju pada laporan Human Development
Index (HDI) yang dipublikasikan setiap tahun oleh United Nation
Devlopment Programme (UNDP) yaitu lembaga dunia yang bernaung di bawah
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Laporan penyajian pembangunan sumber daya
manusia (SDM) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) seringkali memunculkan
polemik dan pro-kontra, namun semuanya sepakat bahwa pembangunan SDM sangat
penting dan menjadi kunci keberhasilan pembangunan Daerah maupun Nasional pada
berbagai bidang terutama terkait dengan kesejahteraan rakyat. Dengan kata lain,
Indeks Pembangunan Manusia merupakan tolok ukur keberhasilan pembangunan
sosial, ekonomi dan bidang-bidang lain.
Untuk itu
peningkatan mutu sumber daya manusia adalah suatu keharusan yang tidak saja
bertumpu pada tanggung jawab pemerintah (negara) namun semua pihak baik
keluarga dan masyarakat secara kelompok berkepentingan lainnya (stakeholders).
Peningkatan kualitas SDM ini perlu upaya sistematis sehingga harus
terintegrasikan dalam semua aspek kehidupan; ekonomi, pendidikan, kesehatan,
politik, budaya dan kehidupan sosial lainnya.
II.
Rumusan Masalah
Adapun Perumusan masalah pada pembahasan bab ini
meliputi :
- Apa yang di maksud dengan
Indeks Pembangunan Manusia?
- Ada Berapa Indikator di Indeks
Pembangunan Manusia?
- Apa Hasil Obserpasi IPM di
wilayah Desa Cibeber?
III. Tujuan Masalah
Adapun
Tujuan masalah pada pembahasan bab ini meliputi :
- Untuk memahami pengertian Indeks
Pembangunan Manusia.
- Untuk mengetahui Indikator IPM.
- Untuk mengetahui Hasil
Obserpasi IPM di Wilayah Desa Cibeber.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
Secara
khusus Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI)
adalah untuk mengukur tingkat pencapaian
pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM
dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan keempat komponen yaitu angka
harapan hidup yang mewakili bidang kesehatan; angka melek huruf dan rata- rata
lama sekolah mengukur capaian pembangunan di bidang pendidikan; dan kemampuan
daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari
rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan yang mewakili
capaian pembangunan untuk hidup layak.
Ø Variabel yang Digunakan
Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) merupakan tanggapan UNDP terhadap tuntutan perlunya
indikator yang mampu menggambarkan sejauh mana suatu negara (wilayah) telah
menggunakan sumber daya penduduknya untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia
negara atau wilayah tersebut. Isu yang kemudian berkembang adalah bahwa
keberhasilan meningkatkan prestasi ekonomi suatu negara atau wilayah ke tingkat
yang lebih tinggi tidak selalu diikuti oleh meningkatnya mutu kehidupan warga
masyarakatnya. Dengan alasan itulah muncul pemikiran bahwa mutu kehidupan
individu/perorangan menjadi prasyarat guna meningkatkan mutu kehidupan
bangsanya. Apabila peningkatan mutu kehidupan setiap bangsa bisa dicapai
diharapkan rasa aman dan damai menjadi kenyataan. Untuk itu setiap pembangunan
diarahkan pada peningkatan kesejahteraan rakyatnya. Berdasarkan dari hal diatas
mengenai peran mutu manusia dan kehidupan masyarakat maka dirasa perlu untuk
menetapkan parameternya. Parameter tersebut diharapkan bisa digunakan sebagai
alat (tools) untuk mengukur mutu pembangunan manusia berikut bagaimana
cara mengukurnya.
Ø Formulasi Umum IPM/ Penyusunan
Indeks
Seperti dikemukakan sebelumnya komponen IPM adalah angka harapan hidup (e0), angka melek huruf (Lit), rata-rata lama sekolah (MYS), dan daya beli atau Purchasing Power Parity (PPP). Dipilihnya ke-empat komponen tersebut mengikuti pembakuan komponen yang dilakukan oleh UNDP. Dengan demikan sejauh mungkin hasilnya terbandingkan secara internasional, nasional dan daerah. Rasionalitas pemilihan komponen tersebut dibahas dalam laporan HDR (UNDP) yang dipublikasikan setiap tahun sejak 1990 yang mempertimbangkan antara lain
Seperti dikemukakan sebelumnya komponen IPM adalah angka harapan hidup (e0), angka melek huruf (Lit), rata-rata lama sekolah (MYS), dan daya beli atau Purchasing Power Parity (PPP). Dipilihnya ke-empat komponen tersebut mengikuti pembakuan komponen yang dilakukan oleh UNDP. Dengan demikan sejauh mungkin hasilnya terbandingkan secara internasional, nasional dan daerah. Rasionalitas pemilihan komponen tersebut dibahas dalam laporan HDR (UNDP) yang dipublikasikan setiap tahun sejak 1990 yang mempertimbangkan antara lain
a.
makna
dari masing-masing indikator dalam kaitannya dengan konsep pembangunan manusia
versi UNDP.
b.
Ketersediaan
data secara internasional.
Masing-masing
komponen tersebut terlebih dahulu dihitung indeksnya sehingga bernilai antara 0
(keadaan terburuk) dan 1 (keadaan terbaik). Lebih lanjut komponen angka melek
huruf dan rata-rata lama sekolah digabung menjadi satu sebagai indikator
pendidikan (pengetahuan) dangan perbandingan 2 : 1. Dalam penyajiannya indeks
tersebut dikalikan 100 untuk mempermudah penafsiran. Teknik penyusunan indeks
tersebut pada dasarnya mengikuti formulasi sebagai berikut :
X(i,j) = Nilai komponen IPM ke i
X(i –min) = Nilai komponen IPM ke i yang terendah
X( i- max) = Nilai komponen IPM ke I yang tertinggi
Untuk tujuan penghitungan indeks,
dapat ditempuh berbagai cara untuk menetapkan nilai maksimum dan minimum X(ij).
Sebagai ilustrasi, jika tujuannya hanya sekedar membandingkan kinerja propinsi/
kabupaten/ kota dalam satu tahun tertentu maka nilai tertinggi dan terendah
X(ij) pada tahun tersebut dapat dipilih sebagai nilai maksimum dan minimum
(nilai ekstrim).
B.
INDIKATOR IPM (INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA)
Pendekatan konseptual pembangunan
manusia mencakup empat elemen pokok yaitu; produktifitas, pemerataan,
keberlanjutan dan pemberdayaan masyarakat. Peningkatan kualitas hidup akan
menjadi lebih luas dan terjamin jika kemampuan dasar yang mencakup hidup
panjang dan sehat, berpangetahuan (serta menguasai IPTEK) dan mempunyai akses
terhadap sumbar daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak (berdaya
beli) dimiliki oleh panduduk. Produktivitas berarti manusia harus dapat
meningkatkan produktivitasnya dalam artian ekonomi, yaitu untuk memperoleh pendapatan
dan berpartisipasi dalam pasar kerja. Pemerataan berarti semua mempunyai
kesempatan yang sama berpartisipasi dalam seluruh kegiatan, termasuk ekonomi,
sosial dan politik. Makna berkelanjutan adalah bahwa semua kegiatan dalam
rangka pembangunan manusia dilakukan terus menerus, sedangkan pemberdayaan
berarti semua lapisan masyarakat ikut berpartisipasi penuh dalam proses
pembangunan. Sehingga pada akhirnya, sasaran pembangunan manusia diprioritaskan
pada tiga tujuan dasar, yaitu:
1.
Pendidikan
Melek Huruf
(Lit) dan Lama Sekolah (MYS)
Harkat dan martabat manusia akan meningkat
apabila yang bersangkutan mempunyai kecerdasan yang memadai. Tingkat kecerdasan
(intilligence) seseorang pada titik waktu tertentu merupakan produk
gabungan dari keturunan (heredity), pendidikan dan pengalamannya.
Prestasi
pembangunan masyarakat akan diukur dengan melihat seberapa jauh masyarakat di
kawasan tersebut telah memanfaatkan sumber dayanya untuk memberikan fasilitas
kepada warganya agar menjadi lebih cerdas. Hidup sehat dan cerdas diyakini akan
meningkatkan kemampuan produktivitas seseorang, sedang hidup yang panjang dalam
keadaan tetap sehat dan cerdas juga akan memperpanjang masa produktif tersebut
sehingga pada gilirannya akan meningkatkan mutu peran warga tersebut sebagai
pelaku (agent) pembangunan .
Dalam
kaitannya dengan IPM ini, tersebut dua jenis indikator pendidkan, yaitu angka
melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Kedua indikator pendidikan ini
diharapkan mencerminkan tingkat pengetahuan dan keterampilan penduduk.
Pentingnya angka melek huruf (Lit) sebagai kompenen IPM tidak banyak
diperdebatkan. Permasalahannya adalah Lit yang digunakan UNDP bervariasi antar
negara dalam hal konsep operasional dan kualitas data. Sebagai ilustrasi,
konsep Lit yang didefinisikan sebagai “mampu membaca dan menulis” diperkirakan
akan menghasilkan angka yang berbeda jika misalnya, didefinisikan sebagai
“mampu membaca pesan tertulis yang sederhana”.
Datanya diperkirakan juga berbeda jika pengumpulannya datanya menggunakan suatu alat peraga. Dalam publikasi ini masalah tersebut dapat dihindari karena konsep “mampu membaca dan menulis“ dan cara menanyakannya (tanpa alat peraga) di Indonesia diberlakukan secara seragam.
Datanya diperkirakan juga berbeda jika pengumpulannya datanya menggunakan suatu alat peraga. Dalam publikasi ini masalah tersebut dapat dihindari karena konsep “mampu membaca dan menulis“ dan cara menanyakannya (tanpa alat peraga) di Indonesia diberlakukan secara seragam.
2. Kesehatan
Angka harapan hidup merupakan
indikator penting dalam mengukur longevity (panjang umur). Panjang umur
seseorang tidak hanya merupakan produk dari upaya yang bersangkutan melainkan
juga seberapa jauh masyarakat atau negara dengan penggunaan sumber daya yang
tersedia berusaha untuk memperpanjang hidup atau umur penduduknya. Secara
teori, seseorang dapat bertahan hidup lebih lama apabila dia sehat dan bilamana
menderita sakit dia harus mengatur untuk membantu mempercepat kesembuhannya
sehingga dia dapat bertahan hidup lebih lama (datang kefasilitas/petugas
kesehatan). Oleh karena itu, pembangunan masyarakat dikatakan belum berhasil
apabila pemanfaatan sumber daya masyarakat tidak diarahkan pada pembinaan
kesehatan agar dapat tercegah „warga meninggal lebih awal dari yang
seharusnya‟.
Dengan
demikian, variabel harapan hidup (e0) ini diharapkan mencerminkan “lama hidup”
sekaligus “hidup sehat” suatu masyarakat. Hal ini sebenarya “berlebihan”,
mengingat angka morbiditas (angka kesakitan) akan lebih valid dalam mengukur
“hidup sehat”. Walaupun demikian, karena hanya sedikit negara yang memliliki
data morbiditas yang dapat dipercaya maka variabel tersebut tidak digunakan
untuk tujuan perbandingan. Sebenarnya dalam Susenas (Survei Sosial Ekonomi
Nasional), setiap tahun variabel morbiditas telah dikumpulkan datanya sehingga
dapat digunakan untuk tujuan perbandingan antar propinsi kabupaten/kota, namun
sejauh ini belum diketahui tingkat kecermatannya sehingga belum digunakan dalam
publikasi ini. Estimasi angka e0 yang digunakan dalam publikasi ini diperoleh
dari Susenas. Angka ini diperoleh dengan menggunakan metode tidak langsung
dengan menggunakan 2 data dasar yaitu rata–rata anak lahir dan rata -rata anak
masih hidup. Prosedur penghitungan angka harapan hidup sejak lahir (AHH0)
dilakukan dengan menggunakan Sofware Mortpack Life. Setelah mendapatkan
angka harapan hidup sejak lahir selanjutnya dilakukan penghitungan indeks
dengan cara membandingkan angka tersebut terhadap angka yang telah distandarkan
(dalam hal ini UNDP).
3.
Ekonomi
Purchasing Power Parity / Paritas
Daya Beli (PPP) merupakan
indicator ekonomi yang digunakan untuk melakukan perbandingan harga-harga riil
antar wilayah.
Untuk mengukur dimensi standar
hidup layak (daya beli), UNDP menggunakan indikator yang dikenal dengan real
per kapita GDP adjusted.
Untuk perhitungan IPM ub nasional
(provinsi atau kabupaten/kota) tidak memakai PDRB per kapita karena PDRB per
kapita hanya mengukur produksi suatu wilayah dan tidak mencerminkan aya beli
riil masyarakat yang merupakan concern IPM. Untuk mengukur daya beli penduduk
antar provinsi di Indonesia, BPS menggunakan data rata-rata konsumsi 27
komoditi terpilih dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dianggap
paling dominan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan telah distandarkan agar
bisa dibandingkan antar daerah dan antar waktu yang disesuaikan dengan indeks
PPP dengan tahapan sebagai berikut (berdasarkan ketentuan UNDP):
1. Menghitung rata-rata pengeluaran
konsumsi perkapita per tahun untuk 27 komoditi dari SUSENAS Kor yang telah
disesuaikan (=A).
2. Menghitung nilai pengeluaran riil
(=B) yaitu dengan membagi rata-rata pengeluaran (A) dengan IHK tahun yang
bersangkutan.
3. Agar indikator yang diperoleh
nantinya dapat menjamin keterbandingan antar daerah, diperlukan indeks
”Kemahalan“ wilayah yang biasa disebut dengan daya beli per unit (= PPP/ Unit).
Metode penghitungannya disesuaikan dengan metode yang dipakai International
Comparsion Project (ICP) dalam menstandarkan GNP per kapita suatu negara. Data
yang digunakan adalah data kuantum per kapita per tahun dari suatu basket
komoditi yang terdiri dari 27 komoditi yang diperoleh dari Susenas Modul sesuai
ketetapan UNDP.
Pengeluaran per kapita yang disesuaikan ditentukan dari nilai
pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (Purcashing Power Parity-PPP).
Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari Susenas, dihitung dari
level provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat
konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100. Perhitungan paritas daya beli pada
metode baru menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas merupakan makanan dan
sisanya merupakan komoditas nonmakanan. Metode penghitungan paritas daya beli
menggunakan Metode Rao.
Rumus Penghitungan Paritas Daya
Beli (PPP)
Untuk melihat capaian IPM antar wilayah dapat dilihat melalui
pengelompokkan IPM ke dalam beberapa kategori, yaitu:
IPM < 60 : IPM rendah
60 < IPM < 70 : IPM sedang
70 < IPM < 80 : IPM tinggi
IPM < 80 : IPM sangat tinggi
C.
Hasil Observasi
IPM di Wanayasa (Desa Cibeber)
1. Angka Harapan hidup (AHH)
Didalam
bidang kesehatan di Desa Cibeber terlihat sangat baik dan selalu di perhatikan
oleh Kepala Desa Cibeber, dan selalu didukung oleh Masyarakat Desa Cibeber. Dan
dalam hal kekompakan, desa Cibeber Kurang dalam Hal tersebut.
Adapun
beberapa program yg diseleggarakan oleh pemerintahan Desa Cibeber sebagai
berikut:
1. Program
POSYANDU berjalan selama satu bulan sekali yang berlokasi di Perempatan jalan Sukamaju Desa
Cibeber.
2. Untuk berobat di PUSKESMAS biayanya gratis, hanya biaya
Pendaftarannya saja.
Pada Tahun
2016, tidak ada permasalahan dalam bidang kesehatan. Dan juga kasus kematian
ibu, bayi tidak terdengar dan kemungkinan besar tidak ada. Sejauh ini
diperkirakan sudah 80% masalah kesehatan teratasi, dan dalam segi Fasilitas
sudah Layak di gunakan.
2. Pendidikan
a. Angka melek huruf
Dalam
permasalah ini, pada tahun 2016, Kebanyakan masyarakat bisa membaca. Hanya
sedikit yang masih buta huruf dan juga kebanyakan Orang yang lanjut usia. Semua
anak-anak, remaja, sampai dewasa, rata-rata mereka bisa membaca.
b. Rata-rata lama sekolah
Dalam
Hal ini, Pada Tahun 2016 rata-rata telah menyelesaikan pendidikan dari SD
sampai SMA/SMK/MA, dan diperkirakan banyak yang Lulus.
Adapun
mereka yang dulunya berhenti sekolah dari SD sampai SMA/SMK/MA, karena mereka
tidak sanggup membayar biaya sekolah dan hanya bisa membantu keluarganya untuk
mencari uang.
3. Ekonomi
Pada tahun 2016, di Desa Cibeber dalam perekonomian, masih
bisa di atasi karena anak-anak mereka juga membantu dalam mencari uang. Dan dalam
pengangguran, dari tahun ke tahun ada banyak perubahan dan hampir tidak ada
yang pengangguran di desa cibeber. kebanyakan mereka bekerja di pabrik, kuli
bangunan, menjadi Guru TK dengan gaji pas-pasan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengukuran tingkat keberhasilan pembangunan sumber
daya manusia suatu negara atau wilayah dapat digambarkan melalui Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan indeks pembangunan komposit dari tiga
dimensi pembangunan manusia, yaitu lamanya hidup, pengetahuan dan standar
kehidupan yang layak. Indeks ini diukur dengan angka harapan hidup, capaian
pendidikan dan tingkat pendapatan yang disesuaikan. Ketiga indeks ini
diharapkan dapat mencerminkan dan mewakili indikator-indikator pembangunan
manusia lainnya.
Pendekatan konseptual pembangunan manusia mencakup
empat elemen pokok yaitu; produktifitas, pemerataan, keberlanjutan dan
pemberdayaan masyarakat. Peningkatan kualitas hidup akan menjadi lebih luas
dan terjamin jika kemampuan dasar yang mencakup hidup panjang dan sehat,
berpangetahuan (serta menguasai IPTEK) dan mempunyai akses terhadap sumbar daya
yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak (berdaya beli) dimiliki oleh
panduduk.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Referensi di ambil dari
·
Hasil Observasi
·
https://totokaryanto.wordpress.com/2014/05/08/hubungan-antara-pendapatan-per-kapita-dan-indeks-pembangunan-manusia-ipm-3/ [17/01/2017]